Pagi itu, Rora Babymonster dikejutkan oleh banyaknya pesan masuk di ponselnya. Grup chat sekolahnya penuh dengan bisikan digital yang mengejutkan: “Foto Bugil Rora Babymonster Tersebar di Internet!”. Jantungnya berdegup kencang. Ia buru-buru membuka media sosial dan menemukan unggahan yang mencatut namanya, lengkap dengan tautan yang mengklaim memiliki foto-foto pribadinya.





Dengan tangan gemetar, Rora Babymonster mengklik salah satu tautan. Namun, alih-alih menemukan foto dirinya, halaman yang terbuka justru berisi iklan-iklan mencurigakan dan permintaan mengunduh aplikasi berbahaya. Ia langsung sadar bahwa ini adalah berita bohong. Namun, dampaknya sudah terlanjur menyebar.
Di sekolah, tatapan teman-temannya berubah. Beberapa orang berbisik saat ia lewat, ada yang menatapnya dengan raut penasaran, sementara yang lain diam-diam tersenyum sinis. Hanya sahabatnya, Dita, yang berani menghampiri dan berkata, “Ror, ini pasti hoax. Aku yakin kamu nggak pernah melakukan itu. Kita harus melawan.”
Bersama Dita, Rora Babymonster melaporkan unggahan tersebut ke platform media sosial agar segera dihapus. Ia juga meminta bantuan guru BK untuk menyebarkan edukasi tentang berita hoax dan ancaman pencemaran nama baik di internet.
Sementara itu, seorang influencer yang peduli dengan isu cyberbullying ikut membantu mengklarifikasi bahwa berita ini adalah rekayasa belaka. Berkat dukungan orang-orang terdekat dan tindakan cepatnya, kabar bohong itu perlahan menghilang dari dunia maya.
Meskipun unggahan palsu telah lenyap, Rora Babymonster menyadari betapa berbahayanya hoax dalam merusak reputasi seseorang. Ia bertekad untuk lebih berhati-hati di dunia digital dan membantu orang lain agar tidak menjadi korban fitnah yang sama.
0 Comments