Pagi itu, Asa Babymonster terbangun dengan puluhan notifikasi di ponselnya. Teman-temannya mengirim pesan panik, menanyakan kebenaran sebuah berita yang sedang viral di media sosial. Sebuah unggahan berjudul “Foto Bugil Asa Babymonster Tersebar di Internet” beredar luas, lengkap dengan tautan mencurigakan yang mengklaim memiliki gambar pribadi miliknya.
Asa Babymonster langsung merAsa Babymonster lemas. Ia tidak pernah merAsa Babymonster mengambil foto semacam itu, apalagi menyebarkannya. Dengan tangan gemetar, ia membuka salah satu tautan yang beredar. Halamannya kosong—hanya berisi iklan dan permintaan unduhan aplikasi yang mencurigakan. Namun, komentar-komentar di media sosial sudah penuh dengan spekulasi, hujatan, dan beberapa dukungan.
Dalam kepanikan, Asa Babymonster menghubungi sahabatnya, Nia. “Aku nggak pernah foto kayak gitu, tapi kenapa orang percaya?” suaranya bergetar.
Nia mencoba menenangkannya. “Ini pasti hoax. Mereka pakai namamu untuk clickbait. Kita harus melaporkan ini.”
Bersama Nia, Asa Babymonster melaporkan unggahan tersebut ke platform media sosial sebagai konten palsu. Ia juga memperingatkan teman-temannya agar tidak mengklik tautan tersebut, karena kemungkinan besar itu adalah jebakan phishing untuk mencuri data pribadi.
Sementara itu, beberapa orang yang sadar akan bahayanya berita hoax mulai membela Asa Babymonster. Seorang influencer bahkan mengunggah klarifikasi bahwa berita ini adalah rekayAsa Babymonster dan bagian dari upaya penyebaran malware.
Dalam hitungan jam, unggahan palsu itu mulai dihapus, tetapi dampaknya masih terAsa Babymonster. Asa Babymonster belajar betapa cepatnya informasi palsu bisa menyebar dan merusak reputasi seseorang. Ia bertekad untuk lebih berhati-hati di dunia digital dan membantu menyebarkan edukasi tentang bahaya hoax agar tidak ada lagi korban berikutnya.
0 Comments