unique visitors counter

Cerita Panas – Suami Ingin Melihat Istri Cantiknya Dijamah Pria Lain


6
6 points

Bagian 1: Hasrat yang Terpendam

Nadia adalah seorang wanita cantik, elegan, dan selalu tampil anggun dengan jilbabnya. Menikah selama lima tahun dengan Rizal, suaminya yang penuh kasih, hubungan mereka selalu harmonis. Namun, ada sesuatu yang mulai mengusik Rizal—sebuah fantasi yang selama ini hanya ia pendam dalam pikirannya.

Malam itu, saat mereka berdua tengah bersantai di kamar, Rizal menggenggam tangan istrinya dengan lembut. “Sayang, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu.”

Nadia menatapnya dengan penuh perhatian. “Apa itu, Mas?”

Rizal menarik napas panjang. “Aku punya fantasi… sesuatu yang berbeda dari biasanya. Aku ingin kita mencoba sesuatu yang baru, sesuatu yang bisa membakar gairah kita berdua.”

Mata Nadia membesar, namun bukan karena terkejut, melainkan penasaran. “Apa yang kamu maksud?”

Rizal menelan ludah sebelum berbicara. “Aku ingin mencoba threesome, tapi dengan format MMF. Aku ingin melihatmu menikmati sesuatu yang berbeda, bersama aku dan satu pria lain.”

Nadia terdiam. Pipinya bersemu merah, dan jantungnya berdetak lebih cepat. Ia tak pernah membayangkan Rizal akan mengajukan permintaan seperti ini. Namun, di dalam dirinya, ada sesuatu yang tersentak—sebuah dorongan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

“Kamu serius?” tanyanya dengan suara yang sedikit bergetar.

Rizal mengangguk. “Aku tahu ini tidak biasa. Aku tidak akan memaksa kalau kamu tidak nyaman. Tapi aku ingin kita terbuka satu sama lain, membiarkan fantasi menjadi bagian dari kehidupan kita.”

Nadia menunduk, merasakan gelombang emosi yang bercampur di dalam dirinya. Ada keraguan, ada ketakutan, tetapi juga ada rasa penasaran yang mulai menyusup ke dalam pikirannya.

Bagian 2: Ketertarikan yang Tak Terduga

Malam-malam berikutnya, pikiran Nadia terus dihantui oleh kata-kata suaminya. Ia mencoba membayangkan bagaimana rasanya—diperhatikan oleh dua pria sekaligus, merasakan sentuhan berbeda, dan melihat suaminya menikmati pemandangan yang begitu intim.

Suatu malam, setelah mereka bercinta dengan penuh gairah, Nadia memutuskan untuk membuka pembicaraan kembali.

“Mas, kalau kita benar-benar melakukan ini… siapa pria yang kamu percayai untuk ikut?”

Rizal tersenyum tipis. Ia tahu bahwa istrinya mulai mempertimbangkan ide ini.

“Aku punya seseorang dalam pikiran. Teman lama kita, Arman. Aku tahu dia bisa menjaga rahasia dan memahami batasannya. Tapi tentu saja, ini harus sesuai dengan kenyamananmu.”

Nadia terdiam. Arman adalah pria yang gagah, tinggi, dengan aura maskulin yang sulit diabaikan. Ia juga seseorang yang selama ini ia anggap sebagai sahabat. Membayangkan dirinya bersama dua pria, terutama dengan Arman yang selama ini hanya sebatas teman, membuat tubuhnya meremang.

Malam itu, Nadia berbaring di tempat tidur sambil menatap langit-langit, mencoba memahami perasaannya sendiri. Ia merasa gelisah, tetapi juga berdebar dengan cara yang tak bisa ia jelaskan.

Bagian 3: Malam yang Membara

Setelah beberapa kali berdiskusi, akhirnya mereka sepakat. Mereka bertemu di sebuah hotel mewah di tengah kota, tempat yang jauh dari hiruk-pikuk keseharian mereka.

Nadia mengenakan gaun satin lembut yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Jilbabnya tetap terpasang dengan anggun, tetapi tatapan matanya menyiratkan ketegangan dan antisipasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Arman datang dengan sikap percaya diri, namun tetap menghormati batas yang telah mereka sepakati sebelumnya. Saat mereka duduk bersama, suasana di ruangan itu terasa begitu intens.

“Kamu pasti gugup, ya?” Arman bertanya dengan suara rendah.

Nadia mengangguk pelan, sementara Rizal menggenggam tangannya, memberikan ketenangan. “Aku ingin ini menjadi pengalaman yang indah bagi kita semua,” kata Rizal dengan nada lembut.

Arman tersenyum dan mengangguk. “Aku mengerti. Aku di sini bukan hanya sebagai teman, tapi juga sebagai seseorang yang ingin memastikan bahwa ini berjalan dengan nyaman.”

Saat malam semakin larut, ketegangan di antara mereka memuncak. Sentuhan pertama, tatapan yang mendalam, dan desir halus yang menjalar di antara mereka, semuanya terjadi dengan penuh kelembutan.

Nadia menutup matanya, membiarkan dirinya larut dalam kenikmatan yang baru, di bawah pengawasan pria yang ia cintai dan seorang pria lain yang membawa pengalaman yang berbeda.

Bagian 4: Akhir yang Menggetarkan

Saat fajar mulai menyingsing, Nadia terbaring di antara dua pria yang kini menjadi bagian dari malam penuh gairahnya. Ia menarik napas panjang, merasakan tubuhnya masih dipenuhi sensasi yang belum sepenuhnya pudar.

Rizal membelai rambutnya dengan lembut. “Apa kamu menyesal?”

Nadia menggeleng, lalu tersenyum kecil. “Aku tidak pernah menyangka, tapi ini… ini sesuatu yang berbeda. Dan aku merasa lebih dekat denganmu, Mas.”

Arman, yang masih berbaring di samping mereka, tersenyum. “Aku bersyukur bisa menjadi bagian dari momen ini. Dan yang terpenting, kalian berdua tetap saling mencintai.”

Mereka bertiga tertawa kecil, menikmati kehangatan yang tersisa dari malam itu. Tidak ada rasa canggung, tidak ada penyesalan—hanya kenangan yang akan selalu mereka ingat.

Saat matahari semakin naik, mereka pun berkemas, meninggalkan hotel dengan hati yang lebih terbuka dan rasa yang lebih dalam satu sama lain. Malam itu bukan sekadar eksplorasi, tetapi juga pelajaran tentang kepercayaan, keberanian, dan cinta yang tidak terbatas oleh norma biasa.

(End)


Like it? Share with your friends!

6
6 points

0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *