Kicauan burung saling bersahutan memecah pagi, seteguk kopi pahit buatan seorang wanita malam yg peduli dengan Rama. Namanya adalah Ningsih, namun dia dikenal sebagai Neng Vina saat malam. Usianya terpaut 3 tahun, dimana Ningsih lebih tua dari Rama. Wajahnya manis berkulit eksotis dan bertubuh langsing dengan buah dada yg sedikit menonjol dan bokong yg bulat. Kamarnya berhadapan dengan kamar Rama, setiap pagi Ningsih selalu membangunkan Rama, membawakannya sarapan, itu dilakukannya dgn ikhlas tanpa meminta balasan, seolah2 Rama dianggap sebagai adiknya sendiri.
Pagi begitu cerah, “Heyyy”, tiba2 Yanti menepuk pundak Rama dan mengagetkannya. Yanti, seorang karyawan swasta, bertubuh kurus, berhijab kalau sedang bekerja. “Ehhhh, kaget tau”, protes Rama. Pemuda ini memang terkenal humble dan gampang bergaul, apalagi dengan lawan jenis. Wajah latinnya membuat banyak wanita dekat dengannya. “Jangan gangguin Rama, dia lagi patah hati tuh”, kata Jono, seorang cowok berbadan tegap dan kalau malam namanya menjadi Jeni yg saat itu sedang menyemir sepatunya. Cekrek, kenop pintu terbuka dari samping kamar Rama, dan keluarlah seorang lelaki muda sudah mengenakan seragam angkatan diikuti oleh kekasihnya, Lilis. Ya, Lilis adalah seorang mahasiswi tingkat akhir. Sesekali pacarnya menginap di kost Lilis dan apabila mereka bercinta, wowww, suara desahannya membahana seantero Kostan.
Kehidupan di kost yg penuh warna, penghuni dari berbagai latar belakang, namun semuanya sudah seperti keluarga sendiri, hidup saling tolong menolong. Jika ada yg terkena masalah, mereka saling curhat dan memberi solusi, kecuali Rama yg agak tertutup. Bukan karena sombong, namun dia baru 2 bulan tinggal di kost ini.
Pukul 1 Siang
Keadaan Kost agak sepi, mereka semua berkegiatan, kecuali Ningsih. Dia memang seorang wanita malam, wanita penghibur, namun kepeduliannya dan keramahannya membuat penghuni kost menganggapnya sebagai kakak tertua, dia dijadikan tempat curhat, tempat mencari nasehat dan mencari solusi dari setiap permasalahan warga Kost ini. Kata2nya emang bijak, tapi kalau sudah memakai baju dan celana ketat, semua mata tertuju padanya. Selain parasnya yg ayu khas lokal bgt, tubuhnya jg langsing dan seksi. “Hari ini gak casting lu?” Tanya Ningsih pada Rama, “Belum ada panggilan nih”, jawab Rama.
Semenjak menganggur, Rama sering coba2 ikutan casting, namun hingga saat ini belum ada panggilan dari pihak Production House. Nasib orang tidak ada yg bisa menebak, walaupun sudah sembuh dari cidera yg dideritanya, tapi belum ada satu klub bola pun yg berminat meminangnya. “Eh lu ngeliatin pantat gw yahh”, tiba2 sebuah pertanyaan keluar dari mulut Ningsih, “ehhh, mmmm, nggak, suerrr deh, nggak”, jawaban dari Rama yg agak sedikit gelagapan memecah lamunannya. Ningsih pun tertawa, trnyata dia hanya niat menjahili Rama. Bruk Bruk Bruk, suara langkah kaki sedang berlari, membuka gerbang Kost lalu masuk ke dalam, ternyata itu Hendro, “Eh, Ram, ikut ke kamar gw, ada yg baru nih”, kata Hendro mengajak Rama dgn antusias.
Hendro adalah seorang penjaga toko yg punya hobby agak aneh. Dia suka mengoleksi hal2 yg berbau Jejepangan. Hmmmm bukan Jepang juga sih, lebih tepatnya hal2 yg berbau Idol Grup, lebih spesifik lagi? Hal2 yg berbau JKT48. Usianya 22 tahun, terpaut 2 tahun dari Rama, jadi hanya Rama lah yg cepat dekat dengannya.
Bruuuk, pintu kamar ditutup, lalu Hendro mengeluarkan sebuah DVD dari tasnya, lalu mengeluarkan Lighstick, kemudian mematikan lampu dan menyalakan Laptop lalu memutar DVD tersebut. Oiii Oiii Oiiii, “Eh ayoo ikutan donk”, kata Hendro. Yaaa, selama ini hanya Rama yang bisa “berpura2” antusias terhadap hobbynya, dan “berpura2” ikutan hobby jg. “Wahhh Cinhap bro, duhhh cantiknyaaa, ehhh liat tuh, Zara, emng lincah yaa, pantes aja dia senbatsu terus”, kata Hendro, entah maksudnya apa, tapi Rama memasang wajah antusias. “Ohh Zara senbatsu terus ya? Keren ya, imut lagi”, kata Rama berusaha menyenangkan hati Hendro, hahaha.
Kemudian Hendro mengambil sebuah foto dari tasnya, lalu memamerkannya ke Rama, foto yg disebut twoshoot, atau foto berduaan dengan idolanya. Ternyata itu adalah foto Hendro dan Zara yg sedang berdua dengan latar belakang dinding yg itu2 saja. Ya, karena beberapa fotonya berlatar belakang sama. Rama melihat dan mengangguk2. “Wah keren lu Ndro, bisa foto berduaan”, kata Rama, kembali “berpura2” memuji. “Bro, gw mau kasi tau lo sesuatu, tapi ini rahasia kita berdua ya”, kata Hendro setengah berbisik, “Apaan bro?”, tanya Rama. “Waktu HS, Zara pernah ngasi tau gw, klo trnyata selama ini dia sering memperhatikan gw, baca2 mention dari gw, itu berarti dia ada memendam rasa ama gw bro”, jawab Hendro, membuat Rama sedikit bingung… Hmmmm (spesialnya dimana yahh?) dalam hati Rama bertanya, namun karena ingin tetap “berpura2” antusias, Rama hanya mengangguk2 dan memasang tampang keheranan.
Kasian jg sih si Hendro, terjebak cinta platonik. “Klo Zara jadi istri gw, tiap hari gw entot bro”, kata2 dari Hendro mulai liar, “Waduh, mulai mesum deh lu”, protes Rama, “Gw serius, apalagi klo ama Cinhap jg, gw ajak threesome, ohhh yesss”, Hendro mulai menggila dgn imajinasinya. “Ahhh udahlah, aku mandi dulu ya”, Rama mulai risih, lalu meninggalkan kamar Hendro.
Pukul 4 Sore
Rama mengenakan kaos berwarna putih, celana boxer selutut, menyalakan HP dan memakai Headset, kemudian berlari. Terkadang dia tetap berolahraga menjaga stamina tubuhnya. Kali ini tujuannya berlari adalah Taman Suropati yg letaknya beberapa kilometer dari Kostnya. Butuh waktu sekitar 30 menit dgn berlari kecil. Alunan musik New Electro House memberi semangat untuk Rama.
Setelah 40 menit berlari, tibalah Rama di taman tersebut. Tidak hanya dirinya, ada beberapa orang yg sedang jogging dgn style yg hampir sama. Setelah tiba di Taman tersebut, mulailah hati Rama bergejolak, berlari mengelilingi taman, melihat kesana kemari, mencari sosok gadis yg ditemuinya kemarin. Berkali2 dia memutari taman, tapi tidak ada tanda2 kehadirannya. Seketika itu Rama tertunduk lesu, harapannya untuk bertemu Naomi pupus. Rupanya pertemuan pertamanya telah meninggalkan kesan bagi dirinya.
Dengan langkah gontai Rama berjalan, kemudian duduk di tempat kemarin, bersandar pada sebuah pohon, memetik 3 helai rumput, lalu diikatnya membentuk simpul yg tak jelas. Kemudian memandang langit, sambil mendengarkan lagu The Actor milik MLTR melalui headset yg dikenakannya sejak tadi. Dibuang simpul2 rumput yg dibuatnya tadi, kemudian bersandar sedikit merebahkan tubuhnya lalu memejamkan mata sambil menikmati matahari senja.
Pukul 5 lewat 30 Sore
Tak terasa matahari sudah tak tampak, tertutup oleh gedung2 tinggi ibu kota. Rama membuka matanya, melihat sekitar, masih ada beberapa orang sedang menikmati suasana nyaman di taman. Merasa masih memiliki teman, Rama kembali memejamkan matanya sambil melamun. Entah apa yg dilamunkannya, namun sepertinya sesuatu yg berkesan, karena senyum sempat terkembang dari bibirnya. “Rama”, sebuah sentuhan dan suara dirasakan oleh Rama di lututnya yg menekuk tersebut. Saat dibuka matanya. “Naomi, aku nyariin kamu dari tadi”, kata Rama, tidak bisa ia sembunyikan kegembiraannya kali ini.
Kemudian Naomi duduk di samping Rama yg tampak begitu sumringah. “Gak nyangka ketemu kmu lagi dsini”, kata Rama yg terus tak dapat menyembunyikan senyumannya. “Aku jg iseng aja sih lewat sini, eh trnyata ketemu kmu lagi”, kata Naomi, yang saat itu mengenakan kaos berwarna hitam bertuliskan Something.CO dgn celana legging selutut berwarna abu rokok. Tampak rambutnya sedikit basah karena keringat, kemudian dagu dan leher yg juga basah sehingga menghasilan kilapan saat terkena pantulan cahaya lampu remang2 di taman. Lehernya yg putih dan jenjang tak luput dari perhatian Rama yg saat itu tengah sibuk mencari kerikil sambil sesekali mencuri pandang ke wajah Naomi.
Saat mata mereka bertemu, senyum pun terkembang satu sama lain. “Kok baru nongol nih?” Kata Rama bertanya, seolah2 mereka sudah sering bertemu, “Iya, aku abis latihan tadi”, jawab Naomi singkat. “Latihan apa? ngeDance? Basket?” kata Rama menebak, “Kok tau hobby aku sih? Aku suka dance ama basket jg”, jawab Naomi kembali.
“Boleh minta kontak kamu gak?” pinta Rama, kemudian Naomi menyodorkan tangannya, meminta HP Rama. Setelah diberikan oleh Rama, kemudian Naomi mengetikkan nomor HP dan disimpan oleh Naomi sendiri. Mereka pun kembali ngobrol, tak terasa cahaya bulan mulai tersenyum di langit malam menyaksikan keakraban sepasang muda mudi yg mengalami nasib sama soal percintaan. “Makan yuk”, ajak Rama, disambut dengan anggukan kepala dari Naomi tanda mengiyakan ajakannya.
Rama pun berdiri hanya dgn sekali hentakan kaki, kemudian menyodorkan tangan ke arah Naomi, dan dengan sekali tarik, Naomi berdiri seutuhnya. Mereka berdua berjalan, mengelilingi taman, padahal ada penjual nasi goreng di dekatnya, namun mereka malah memilih jalur terjauh. Ahhhh, rupanya bibit2 cinta sudah mulai tumbuh di antara mereka, walaupun terlalu prematur untuk mengambil kesimpulan, namun bagi seorang wanita, kenyamanan adalah syarat utama dan pintu masuk menuju hatinya.
Mereka berjalan dgn langkah yg kecil dan lambat, seakan2 waktu berjalan lambat dan tidak ingin untuk dilalui. Akhirnya mereka memilih sebuah lalapan bebek yg terletak di ujung taman. “Pesan 2 ya bang”, kata Rama kepada cowok penjual Lalapan Bebek. “Minumnya apa?” tanya abang penjual, “Teh anget, teh anget”, suara Rama dan Naomi kompak mengatakan teh hangat. Mereka saling liat dan tersenyum, lalu duduk di sebuah tempat duduk beton dgn sandaran besi pipa sambil menunggu pesanan mereka.
Tak sampe 3 menit, makanan mereka datang diantarkan oleh abang tadi, kemudian teh hangat mereka jg datang. Belum mulai makan Naomi mencuci tangannya terlebih dahulu kemudian menggenggam setengah porsi nasi miliknya, lalu diambilnya dan ditumpahkan ke piring Rama. “Ehhhh, kebanyakan punyaku”, protes Rama, yg kemudian mengembalikannya kembali, tapi ditolak oleh Naomi sambil tertawa lalu menyentak menjauh. Kakinya menyenggol teh hangat milik Rama yg kemudian tumpah mengenai paha Rama. “Ahhhh”, kata Rama merasa kepanasan, “Duh maaf, ehh maaf bgt”, kata Naomi yg dgn refleks mengelap paha Rama yg ketumpahan teh hangat yg trnyata masih panas itu.
Tiba2 Rama melihat ke arah Naomi, “Ehhh maaf ya”, tiba2 Naomi salah tingkah, karena refleks memegang paha Rama. Melihat tingkah laku Naomi membuat Rama tersenyum padanya. Kemudian makan malam pun berlangsung. Rama makan dgn lahapnya, sementara itu Naomi makan dgn porsi yg kecil2, entah karena jaim di depan Rama ataukah emang cara makannya begitu. Sesekali mereka saling lihat, lalu mengobrol singkat dan kemudian melanjutkan menghabiskan makanannya. Beberapa kali Naomi menyeruput teh hangat miliknya. Tatapan mata Rama begitu fokus memperhatikan gerak gerik Naomi. “Kok ngeliatin aku terus sih?”, tanya Naomi dgn tiba2 seolah2 menyadarkan lamunan Rama.
Mendapatkan pertanyaan secara tiba2, “uhukk uhuukkk”, Rama batuk, mungkin karena keselek atau ada alasan lain. Melihatnya batuk, Naomi segera menyodorkan teh hangat miliknya yg kemudian diambil dan diminum sedikit oleh Rama. “Tuh, makanya jgn usil klo lagi makan”, kata Naomi. Mereka pun menghabiskan makanannya, kemudian mencuci tangan lalu Naomi meminum teh hangat tadi hingga setengah gelas dan sisanya diberikan kepada Rama.
Hmmmm, ini sebuah pertanda, minum di gelas yg sama, saling berbagi, saling peduli, apalagi kalau bukan cinta? Ahhh, jangan terlalu pede dulu. Bisa jadi ini hanyalah kepedulian saja. Setelah menghabiskan teh hangat tadi, Rama meminta segelas air mineral kepada abang penjual bebek tersebut, lalu menanyakan harga kemudian membayarnya. Naomi dan Rama kembali berjalan ke tempat tadi. Mungkin dari sekian banyak tempat, hanya tempat itulah yg nyaman.
Setelah sampai di tempat tersebut, keduanya kembali duduk, Rama bersandar pada pohon, lalu Naomi duduk sambil memeluk lutut. Naomi mencari kerikil di bawah kakinya, kemudian melemparnya ke depan, sebuah kebiasaan baru karena tertular oleh Rama. Mereka berdua lebih banyak berdiam diri, tapi terasa saling menikmati suasana hening dan nyamannya taman di bawah cahaya sinar bulan. “Kesibukannya apa nih?” Tiba2 Rama bertanya memecah keheningan, “Hmmm, ada deh”, jawab dari Naomi sambil tertawa kecil, “Tinggalnya dimana?” Rama kembali bertanya, “Mmmm, ada jg, hihihi”, kembali dijawab begitu oleh Naomi. “Ya udah deh klo gk mau kasi tau”, kata Rama sedikit cemberut.
Naomi tidak bermaksud menyembunyikan jatidirinya, namun masih terlalu dini untuk mengungkap siapa dirinya pada orang asing, walaupun sudah terasa sangat dekat. Mungkin di dalam hati Naomi, masih ada bayangan Stefan yg terus mengganggu dirinya.
“Pulang yuk”, tiba2 kata2 tersebut keluar dari mulut Naomi, sebuah kata2 yg sangat tidak diinginkan oleh Rama yg masih ingin bersama dirinya. Hmmm, tapi waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Siapa tau Naomi harus kuliah atau bekerja esok pagi. Rama sempat mengiyakan, tapi Naomi masih belum juga beranjak dari duduknya. Rama yg masih nyaman berada di dekatnya juga tidak mau berdiri terlebih dahulu. Akhirnya mereka berdua kembali diam tanpa kata.
Rama meraih tangan Naomi, digenggamnya dgn erat sambil berkata, “Yuuk, pulang, kasian kamu, kecapean”, kata Rama yg kemudian berdiri duluan dan menarik tangan Naomi. Mereka berdua sudah berdiri, tangan Rama masih menggenggam tangan Naomi, makin lama makin erat, kemudian Naomi pun memegang tangan Rama, seakan2 mereka berdua masih ingin bersama. Naomi mendekat ke arah Rama, begitu dekat. “Aku pulang dulu ya”, tiba2 Naomi berbalik badan kemudian tangan mereka masih saling menarik, meregang dan akhirnya terlepas.
Oke, sudah cukup pertemuan hari ini, Rama sedikit lega, karena mendapatkan nomor kontak Naomi. Dipesannya ojek online oleh Rama, dan beberapa saat kemudian tibalah ojek online tersebut yg mengantarnya ke Manggarai.
“Eh bangsat, gw bukan cewek murahan kyk lo”, “Gw jg bukan cewek murahan tau, lo yg bangsat”, “Ahhhh, lu ngentot sampe kedengeran kita semua masih aja ngaku bukan cewek murahan”, suasana di kost sedang gaduh saat Rama tiba. Yanti dan Lilis hampir saja saling jambak kalau saja tidak ada Jono dan Ningsih. “Ada apa sih?” Tanya Rama yg bingung. Kemudian Lilis masuk ke kamarnya dan membanting pintu, diikuti oleh Yanti yg juga kembali ke kamarnya sendiri. “Si Yanti, kata dia, pacarnya Lilis gangguin Yanti, trus si Lilis gak terima bgt”, kata Ningsih.
Ahhh, hanya masalah miskomunikasi doank nih. Emang cowok, kebanyakan melihat rumput tetangga lebih hijau. “Gimana kencan kamu?” Tanya Jono kepada Rama, “Kok tau klo aku kencan?” tanya Rama yg kebingungan. “Ya Tau lah, tuh wajah kamu cerah bgt, kyk org lagi seneng”, jawab Jono kembali, disambut dengan tertawaan oleh Ningsih. Rama hanya tersenyum mendengar pertanyaan Jono. Kemudian Rama masuk ke dalam kamarnya. “Ehhh, ngapain kmu dsini Ndro?” tanya Rama, trnyata Hendro sedang tiduran di kamar Rama yg jarang dikunci, karena tidak ada barang berharga di kamarnya.
Hendro tiduran sambil melihat HPnya, “Lagi bayangin ngentot ama Zara n Kyla nih, gmana klo mereka berdua rebutan kontolku ya?”, kata Hendro, “Eh sialan, mesum bgt sih lu, udah, gw mau tidur nih”, kata Rama, dan kemudian Hendro bergegas keluar dari kamar Rama dan kembali ke kamarnya. Rama sempat menggeleng2kan kepalanya melihat kelakuan Wota satu ini.
BERSAMBUNG
0 Comments