unique visitors counter

Cerita Panas – Kak Chika, Maafkan Adikmu Ini Eps 02


2
2 points

Hari demi hari terus berganti, tak ada yang spesial di kehidupanku, seperti layaknya orang introvert pada umumnya, hanya saja hari ini aku pulang sedikit terlambat setelah mendaftar di tempat kursus digital marketing di salah satu tempat bergengsi di Jakarta Selatan. Keseharianku menggunakan ojek online, karena sepeda motor yang kumiliki masih kutinggal di Bandung dan rencana akan kuambil setelah aku mendapatkan tempat kursus yang bagus.

“Aku pulang,” Sahutku sambil membuka pintu kos, tak lupa kubawa martabak manis titipan Kak Chika. “Nih kak,” kataku sambil meletakkan tas kresek berisi box martabak manis. “Lagi ngapain kak?” Tanyaku kepada Kak Chika sambil kemudian aku mengganti pakaianku dengan baju singlet dan celana kolor seperti biasa. “Yahhh, ngomong sama tembok,” ucapku kesal, sedari tadi Kak Chika tidak menyahutku. “Ehh iya, sorry kakak lagi baca ini,” kata Kak Chika tampak begitu serius. “Baca apa itu kak?” Tanyaku dengan penasaran sambil mendekat ke arah Kak Chika dan kemudian menoleh ke arah HPnya.

Rupanya Kak Chika sedang membaca komentar2 cabul di sebuah akun social media yang selalu mem-posting foto-foto seksi para member JKT48. “Masak sih cowok sange liatin ketek kakak?” Kata Kak Chika seketika membuatku sedikit terkejut. “Apa bagusnya coba ketek,” Kata kak Chika kembali sambil mengangkat tangannya kemudian memperlihatkan keteknya di depan wajahku. Hmmm putih, bersih, pantas saja banyak lelaki ingin merasakan keteknya, namunku tidak hanya pada keteknya, melainkan belahan dada yang terlihat begitu indah, tanktop yang ia gunakan menambah rasa penasaranku ingin melihat lebih jauh. Plaaaaak … “Auuuwww”, tiba-tiba toyoran dikepalaku dari Kak Chika menyadarkanku, “Ditanya malah ngelamun, jangan2 lo sange jg ya liatin kakak,” Kata Kak Chika sambil tertawa melihatku salah tingkah, “Ehhh … mmm, itu, nggak donk,” jawabku terbata-bata, seakan-akan sedang diinterogasi.

Kak Chika beranjak dari posisinya semula, kali ini ia tiduran di kasurnya yang menjadi tempat tidur kami, meski agak kecil dan berdesak2an, namun hanya itu yang kami punya. “Aldo, kamu pernah onani kan?” Tanya Kak Chika bagaikan guntur yang menggelegar di siang bolong, sungguh mengagetkanku, seumur hidupku baru dialah wanita yang bertanya seperti itu. Oh iya, sebelum ku jawab, aku lupa memperkenalkan diri, namaku Aldo, aku anak ke 3 dari 3 bersaudara, kedua kakakku adalah wanita, dan Kak Chika adalah anak ke dua.

“Tanya apaan sih kak,” Jawabku sambil membuang muka, merasa canggung untuk menjawab, “Kakak serius tanya,” kata Kak Chika sambil melangkah mendekatiku, kemudian menunjukkan beberapa private message di social medianya yang berisikan foto alat kelamin pria. “Ihhh jijik kak,” Sahutku, rasanya begitu kaget melihat kak Chika memperlihatkan foto kelamin lelaki. “Kakak sering dikirimin foto-foto kyk gini,” kata Kak Chika lagi, “Makanya kakak tanya, kamu pernah onani kan? Kakak penasaran apa sih nikmatnya nunjukin kemaluan kyk gini?” Tanya Kak Chika dengan wajah serius, “Yaa mungkin bagi mereka ada sensasi tersendiri kak, eh kakak jadi photoshoot?” jawabku ingin mencoba mengganti topik. “Jadi, anter kakak ya,” jawab kak Chika. Hari itu memang penuh rasa canggung, terutama dari diriku, pertama kali ditanya soal sesuatu yang sangat privasi, apalagi oleh kakak kandungku sendiri. Namun semua bisa kulalui dengan skill merubah topik pembicaraan seketika.

Keesokan harinya, tepat di tengah perjalanan mengantar kak Chika untuk melakukan sesi photoshoot di sebuah tempat. “Fotonya di kolam renang dek, bukan full bikini, tapi masih pake celana kok,” jawab Kak Chika ketika kutanya soal tema photoshoot kali ini. Aku sedikit kurang rela ketika kak Chika mengatakan akan mengenakan bikini. Namun yang dimaksud ternyata hanyalah baju renang biasa.

Tibalah di area photoshoot, aku menunggu dari kejauhan, sementara itu Kak Chika sudah mengenakan pakaian renangnya yang tidak terlalu terbuka, namun tetap memberi kesan seksi. Ada 4 orang fotografer yang kesemuanya pria sedang memotret tubuh kakakku. Ada yang mencuri kesempatan, memegang paha kakakku dengan alasan membetulkan posisi, ada juga yang mengambil posisi tepat di bawah bagian belakang kakakku. Entah apa yang dipotret, namun jelas sesuatu yang menimbulkan nafsu. Meskipun Kak Chika adalah kakakku, namun entah ada rasa cemburu ketika empat pria itu mencoba “menikmati” tubuhnya melalui lensa kamera.

Sesi photo pun selesai, kak Chika berganti pakaian, lalu kembali ke kos bersamaku. Kami sempat mampir untuk membeli snack di salah satu mini market yang kami lewati. “Lo kenapa? Mukanya masam banget,” tanya kak Chika sembari melihat wajahku. “Kak, jangan ambil job foto kyk gtu lagi deh, mereka curi-curi kesempatan,” jawabku dengan nada kesal. “Curi-curi kesempatan gmana dek? Mereka professional gk mungkin kyk gtu,” jawab Kak Chika mencoba membela mereka. “Biar professional tapi ngaceng,” jawabku kembali tanpa sadar, “Ihh lo kenapa sih dek,” kata Kak Chika sambil membuang muka, memandang ke luar jendela taksi online.

Setiba di kosan, suasana menjadi dingin, kami saling diam dan melakukan aktifitas masing-masing. Entah berapa lama kami saling diam, tak bertegur sapa hingga tiba-tiba, “Kamu kenapa sih dek?” Tanya Kak Chika memulai percakapan, “Gk ada, males aja liat cowok-cowok suka cari kesempatan,” Jawabku dengan nada ketus, “Kerjaan mereka kan seperti itu dek, mereka sudah biasa,” Jawab Kak Chika kembali. “Iya tapi apa perlu sampe megang-megang paha kyk gtu? Trus ambil foto kok dari bawah, mau foto apaan? Pantat?” Jawabku kembali dengan nada yang sedikit meninggi, “Ya udah, maaf, kakak bakalan nolak kalo ada job kyk gtu deh,” Jawab kak Chika mencoba mendinginkan suasana.

Tiba-tiba tangan kak Chika memelukku dari belakang, “Lo udah besar sekarang ya dek, hihihi,” kata Kak Chika sambil tertawa cekikikan, tangannya memelukku dari belakang, “Apaan sih kak,” jawabku pura-pura polos, namun entah mengapa, jantungku mulai berdegub kencang, kemaluanku sedikit menegang ketika aku merasakan ada bongkahan dada yang menyentuh punggungku, begitu lembut. Ahhhh, rasanya tak dapat kuungkap dengan kata-kata. “Lo cemburu ya?” Tanya kak Chika kembali, makin membuatku tak karuan, “Ihhh gak ahh, ngapain cemburu?” Jawabku dengan gengsi. Kak Chika melepaskan pelukannya, kemudian berdiri dan mendekat ke arah cermin. Akupun curi pandang, melihat keseksian kak Chika yang mengenakan tanktop dan celana pendek. Saat di kos ia jarang mengenakan BH sehingga berkali-kali aku dapat mencuri pandang puting susunya yang mungil.

“Kakak mau mandi,” kata Kak Chika kemudian mengambil handuk. Braaak, pintu kamar mandi ditutupnya dengan kencang. Ya, meskipun tubuhnya mungil namun tenaganya besar, karena ia terbiasa dengan latihan keras selama di JKT48. Suara air mengucur dari shower, kembali mengaburkan pikiran sehatku. Entah bagaimana aku memiliki pikiran seperti ini terhadap kakak kandungku. Apakah ini normal? Ataukah aku ada kelainan? “Ahhhhh,” akupun sedikit berteriak ingin mencoba memecah pikiran kotorku.

Kuambil HP, kubuka game online agar dapat mengubur pikiran jorokku terhadap Kak Chika. “Naa naa naa …” Baru beberapa menit bermain game, terdengar suara nyanyian dari dalam kamar mandi. Hmm rupanya kak Chika sedang menikmati guyuran air di tubuhnya, air membasahi dadanya, mengalir ke perutnya yang rata, kemudian terjebak di bulu-bulu halus … “Ahhhh shiiit,” Aku kembali berteriak kecil ketika pikiranku sudah terlalu jauh.

Plaaaak, kubuang HPku ke kasur, meski game online masih berlangsung, akupun berdiri, tak peduli setan apa yang sudah menjebak pikiranku. Aku berjalan menuju kamar mandi, mencoba membungkukkan badanku, mencari celah untuk mengintip ke dalam. Pikiranku sudah sangat kacau, “Heyyy ini kakak kandungmu lho, masak kamu nafsu?” Ada suara bisikan tanya entah darimana datangnya yang tiba-tiba masuk ke dalam pikiranku, “Ehh kesempatan nih, kapan lagi kamu bisa liat mantan idol bugil?” Sebuah pikiran pembenaran yang mencoba melawan pikiran jernihku.

Aku sempat terdiam sejenak, memikirkan apa yang akan aku lakukan, apakah ini salah? Ahhh aku tak peduli, aku menghela nafas cukup dalam, kemudian membungkukkan badanku, ingin melihat ke dalam kamar mandi melalui celah kecil yang ada di pintu bagian bawah. Kreeeeek, Ahhh shiiit, “Aldo, ngapain kamu?” Tiba-tiba suara itu seperti sebuah racun yang secara tiba-tiba membunuhku, menghentikan jantungku, belum selesai aku menunduk tiba-tiba kak Chika membuka pintu kamar mandi. “Hayooo mau ngintip ya?” Kata Kak Chika sambil tersenyum, Tak tau aku harus menjawab apa, tak ada kata-kata pembenaran di otakku saat itu, karena niatku memang ingin mengintip.

Ahhh siaaal, gumamku dalam hati, akupun berdiri di hadapan kak Chika, namun aku tak berani menatap matanya. Aku sudah siap menerika tamparan atau pukulan di kepala, atau apapun itu. Kak Chika mulai bergerak dan akupun menutup mataku, takut dan tak siap apa yang akan terjadi selanjutnya. “Ohhh,” aku melenguh dalam hati, namun, entah berapa lama kuberdiri, tak ada tamparan atau pukulan. Akupun berani membuka mata, Haaah, aku terkejut, ternyata kak Chika sudah tidak ada di hadapanku. Saat ku menoleh ternyata ia sedang bercermin. Aku masih belum bisa melangkah, masih terpaku oleh perasaan bersalahku, kakiku terasa begitu lemas, jantungku seperti berhenti.

“Dek, ntar kita makan di luar ya,” Kata Kak Chika memecah keheningan, tiba-tiba aku menatap wajahnya yang sedang bercermin, seolah-olah tak percaya apa yang terjadi. Ternyata Kak Chika tidak melakukan apapun terhadapku, bahkan ia tidak bertanya tentang kelakuanku tadi. Apakah ia sengaja dan akan memberitau orang tua kami? Ohhh nooo, tapi wajahnya begitu ceria, seperti tak ada beban. Apakah Kak Chika memperbolehkanku untuk mengintipnya? “Ngapain berdiri di situ?” Kata Kak Chika kembali menyadarkanku. Entah berapa lama aku berpikir dan berdiri di tempat ini, aku pun beranjak, mengambil HP dan keluar dari kamar itu.

Rasa maluku melebihi ubun-ubun, entah apa yang akan kukatakan jika Kak Chika bertanya, atau apa yang akan aku sampaikan ketika kedua orangtuaku tau soal itu.


Like it? Share with your friends!

2
2 points

0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *