unique visitors counter

Cerita Panas – Kak Chika, Maafkan Adikmu Ini Eps 01


-1
-1 points

Based on true Fiction

Sore itu, gak ada yang special, hanya kumpulan buku, teh hangat dan sepeda motor yang ada di depanku. “Coba telpon kakakmu, sudah sampai mana?” kata mama kepadaku. Ya, kakakku hari ini balik dari Jakarta, ia telah menyelesaikan seluruh kegiatannya menjadi member JKT48, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk graduate, sebutan bagi para member yang ingin pensiun. “Oke ma,” Jawabku. Aku adalah anak ketiga, dua orang kakakku adalah perempuan, sehingga tak jarang aku selalu merasa kesepian jika berada di rumah, ya karena kami memang beda hobby.

Kakakku dulunya adalah seorang idola, ada sedikit rasa bangga di dalam hatiku, namun terkadang ada perasaan aneh seketika muncul saat melihat komentar-komentar tak pantas di social media, ada yang mengomentari bentuk tubuh, bahkan ada juga yang berimajinasi tidur dengan kakakku, ada juga beberapa akun di social media yang sengaja mengumpulkan berbagai foto dan video yang menunjukkan bagian intim dari member-member JKT48 secara tak sengaja seperti belahan dada, selangkangan, pantat, termasuk juga foto kakakku. Sakit ati, namun tak bisa berbuat apa-apa, karena ia adalah seorang public figure, dan itu adalah salah satu resikonya.

“Halooooo,” Suara yang begitu nyaring, terdengar sangat tak asing, ya itu suara kakakku yang baru saja tiba. Semua menyambutnya, termasuk mama dan papaku, kecuali kakakku nomor satu karena dia masih bekerja. Aku menyalaminya, “Ihhh gak sopan,” kata kakakku sambil mendorong tangannya menyuruhku untuk salim. Kuikuti langkahnya sambil membantunya membawakan koper miliknya. Aku tau, ia selalu membawa oleh-oleh setiap pulang kampung. “Coklat putih ada kan?” Kataku seolah-olah sudah memesan, “Ada lah,” jawab kakakku sambil sibuk membongkar isi koper. Terlihat beberapa seragamnya saat masih di JKT48 dan juga beberapa pakaian dalemnya. Plaaak, tiba-tiba celana dalam entah baru atau bekas menempel di wajahku, “Ehh gk boleh gitu,” kata mamaku menegur kak Chika yang dengan sengaja melemparku dengan celana dalamnya.

Sore itu kami habiskan dengan bersendagurau, bercerita tentang pengalaman masing-masing, hingga ditutup oleh rasa lapar yang hadir. Mamaku segera mengambilkan makanan di dapur, kali ini dibantu oleh papa karena porsinya sedikit lebih banyak. “Woii, kapan lu pulang?” Kata kakakku yang satu lagi sambil membuka sepatu kerjanya. Rupanya ia sudah pulang. Kakakku memilih untuk mandi terlebih dahulu sebelum ikut makan bersama di ruang tengah.

Kamipun makan malam bersama, di ruang tengah yang sederhana namun sedikit luas. Suara TV menggema sedari tadi meskipun tak ada yang menontonnya. “Kamu jadi ikut kak Chika ke Jakarta?” Tanya mama kepadaku. Ya, aku berencana cuti setelah lulus SMA sambil mencari tempat kursus sebelum mendaftar kuliah di Jakarta. “Jadi mah,” Jawabku. “Yeeee, siap2 kena siksa yaa,” kata Kak Chika dengan wajah girangnya. Entah apa maksud dari kata Siksa itu.

Waktu berlalu, hari berganti, tak terasa seminggu sudah sejak kepulangan Kak Chika dari Jakarta, hingga akhirnya, tibalah waktu dimana aku dan kak Chika akan berangkat ke Jakarta.

Barang sudah dikemas, koper sudah dikunci, dan ini adalah pengalaman pertamaku merantau berdua dengan Kak Chika. Meskipun ia sering menggangguku, namun aku kurang begitu dekat dengannya. Meskipun kami adik dan kakak, namun sejak kecil kami sering terpisah. Sejak kecil kak Chika sering mengikuti kegiatan-kegiatan seperti menari, menyanyi hingga keluar kota, berkebalikan denganku yang introvert.

Kamipun berpamitan dengan kedua orangtuaku dan juga kakak tertuaku. Ada sedikit rasa sedih karena harus meninggalkan kampung halaman tempatku biasa bermain, belajar dan berkegiatan. Taksi online yang kami pesan pun telah tiba, kuangkat barang-barangku serta Kak Chika dan kamipun masuk ke dalam taksi online.

Perjalanan kami ke Jakarta cukup panjang, kami menggunakan travel. Entah berapa lama kami terjebak macet di jalan tol. Kak Chika yang sedari tadi tertidur di bahuku terlihat lelah, keringatnya sedikit tampak di kening. Wajahnya memang manis, pantas saja banyak fans yang mengidolakan dia, dan banyak juga yang berbuat cabul meski hanya lewat online terhadapnya. “Ehhhh .. Mmmmm,” Tiba-tiba kak Chika terbangun, wah entah berapa lama aku memperhatikan wajahnya. “Udah sampe mana nih?” Tanya kak Chika, aku mengangkat kedua bahu tanda tak tau.

Perjalanan yang melelahkan terus dilalui, macet demi macet terus dihadapi, hingga akhirnya, “Eh kita turun di sini,” kata Kak Chika memberitauku. Kebetulan itu adalah tempat pemberhentian travel. Kamipun turun di tempat pemberhentian tersebut. Kuturunkan koper-koper bawaan kami. “Ahhh, capek juga ya,” kataku sambil meregangkan otot-otot sambil duduk di ruang tunggu travel tadi. “Awas, sampe kosan pijetin gw,” kata Kak Chika dengan nada sedikit mengancam. Kamipun memesan makanan hangat sebelum memesan taksi online menuju kos Kak Chika yang jaraknya tak jauh dari lokasi travel ini.

Setelah menghabiskan makanan, kamipun bergegas menuju taksi online yang sudah menunggu sejak beberapa saat lalu. Kubantu menaikkan koper-koper yang kami bawa, perjalanan menuju kos kak Chika pun dimulai. Seperti biasa, suasana di Jakarta memang selalu macet. Kami sedikit mengobrol dengan driver, ia menanyakan soal asal kami, dan pekerjaan kami. Kak Chika menjawab seluruh pertanyaannya, maklum, ia memang suka bicara, tidak sepertiku. “Maaf, kalian pacaran atau suami istri?” Tanya si driver kembali, membuatku sedikit tersenyum, “Pacaran iya, suami istri iya, adik kakak juga iya,” Jawab kak Chika membuatku sedikit bingung, begitupun dengan si driver yang dijawab dengan tertawa.

Beberapa saat berlalu, kamipun tiba di kosan kak Chika. Kuturunkan koper-koper kami, akupun berjalan mengikuti langkah kak Chika. Ia berjalan kemudian menaiki tangga. Rupanya kamar kak Chika ada di Lantai 2. Ia mengeluarkan kunci dari saku celana jeans yang ia kenakan, kemudian membuka pintu. “Hmmmmm,” kamar yang harum dan bersih, gumamku dalam hati. Kak Chika memang orang yang perfeksionis, termasuk soal kebersihan. “Wahh, kasuur,” kataku dengan semangat sembari berlari kecil dan melompat ke atas kasur.

Plaaak, “Auwww,” tiba-tiba aku mengerang karena Kak Chika memukul bokongku, “Mandi dulu trus ganti baju sana,” kata Kak Chika menegurku. “Iyaaa iyaaa,” aku mendumel, sambil dengan berat hati beranjak dari kasur dan kemudian melepas bajuku. Akupun membuka koper dan mengeluarkan peralatan mandiku. Kulilitkan handuk di pinggangku, kemudian kubuka celana dan cdku. “Ehhh beresin dulu baju-bajunya, taruh disitu,” kata Kak Chika sambil menunjuk sebuah lemari di sisi kanannya.

Dengan berlilitkan handuk akupun kembali membuka koperku, mengambil beberapa pakaian yang ada, kemudian menggantungnya satu persatu. Aku menjongkok, mengambil satu pakaian, kemudian berdiri, jongkok kembali, berdiri lagi hingga yang terakhir aku menutup koperku dan ingin menaruhnya di atas lemari. “Ehhh eeehhhh,” Oh shiiit, handukku terlepas, duh, aku bugil di depan kak Chika. “Waahahahaaa,” Kak Chika begitu ngakak melihatku seperti itu, ia kemudian berlari mengambil handukku dan menyembunyikannya.

“Kaaaak,” Aku berteriak berlari mengejarnya sambil menutup kemaluanku dengan tangan, “Ihhhhh,” hanya dengan sekali tarik handuk berhasil kudapatkan, karena tubuh kak Chika mungil jadi mudah saja kurebut handuk dari tangannya. Kembali kulilitkan handuk dan akupun menuju kamar mandi. Kunyalakan shower air hangat, akupun mulai membasuh tubuhku dengan air. Tiba-tiba saja terlintas pikiran aneh, sebuah pikiran yang tak pernah terlintas sebelumnya. Aku merasakan sesuatu yang lain ketika telanjang bulat di depan kak Chika. “Ahhh bodoamat,” Tiba-tiba aku mencoba menepis pikiran itu sambil melanjutkan mandi, namun perasaan itu makin menguat, tepat di saat aku mulai menyabuni kemaluanku, rasanya nikmat. Tanpa sadar aku mulai memainkan kemaluanku, namun yang ada di pikiranku adalah Kak Chika. “Aaaarrgghhhh,” tiba-tiba akupun berteriak, berusaha mengusir pikiran aneh itu, “Kenapaaa?” Suara teriakan dari luar kamar mandi, rupanya Kak Chika mendengarku berteriak.

Hari itu kulalui dengan biasa saja, meskipun ada kejadian memalukan, namun kami tak lagi canggung.


Like it? Share with your friends!

-1
-1 points

0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *