Anin JKT48 tidak pernah menyangka pagi itu akan menjadi mimpi buruk dalam hidupnya. Saat membuka ponsel, ia melihat ratusan notifikasi memenuhi layar. Chat dari teman-temannya, mention di media sosial, bahkan email dari manajernya—semuanya membicarakan hal yang sama.




Sebuah foto bugil yang diklaim sebagai dirinya tersebar di internet. Wajahnya ada di sana, tetapi tubuh itu bukan miliknya. Itu foto editan—hoaks yang dibuat oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Jantungnya berdegup kencang, rasa marah, takut, dan bingung bercampur jadi satu.
“Anin, ini bukan kamu, kan?” tulis sahabatnya di chat.
“Tentu saja bukan! Aku bahkan nggak pernah punya foto seperti itu!” balas Anin JKT48 panik.
Tapi dunia internet tidak peduli dengan kebenaran. Netizen sudah mulai menyerangnya dengan komentar kejam. Ada yang percaya, ada yang membelanya, tapi lebih banyak yang menikmati sensasi berita palsu itu tanpa peduli dampaknya pada dirinya.
Anin JKT48 tak tinggal diam. Dengan bantuan tim hukum dan keluarganya, ia melaporkan kasus ini ke pihak berwenang. Ia tahu, ini bukan sekadar serangan pribadi, tapi juga kejahatan digital yang bisa merusak hidup seseorang.
Seminggu kemudian, pelaku penyebar foto hoaks berhasil ditemukan. Seorang anonim yang sengaja menyebarkan fitnah untuk menjatuhkannya. Hukum pun ditegakkan.
Dari pengalaman ini, Anin JKT48 belajar bahwa dunia digital bisa begitu kejam, tapi ia tak boleh kalah. Ia berdiri tegak, memperjuangkan kebenaran, dan memastikan bahwa ia tetap menjadi dirinya sendiri—tanpa takut pada kebohongan yang dibuat orang lain.
0 Comments