Jagat maya kembali dihebohkan oleh beredarnya foto-foto tak senonoh yang dikaitkan dengan seorang gadis berjilbab bernama Izza. Foto-foto tersebut memperlihatkan sosok yang tampak mirip dengan Izza dalam pose vulgar, sehingga menimbulkan kehebohan dan perdebatan di media sosial. Namun setelah ditelusuri lebih jauh, fakta sebenarnya terungkap: gambar-gambar tersebut merupakan hasil manipulasi berbasis teknologi AI, bukan dokumentasi nyata.











Dengan kemajuan teknologi AI image generation dan deepfake, siapa pun kini bisa membuat gambar palsu yang sangat menyerupai orang sungguhan. Kasus Izza menunjukkan betapa mudahnya reputasi seseorang bisa dihancurkan hanya dengan satu unggahan yang menyesatkan.
Penggunaan jilbab dalam foto-foto palsu tersebut juga menambah tingkat sensitivitas kasus ini. Banyak pihak, termasuk tokoh masyarakat, mengecam keras penyebaran konten semacam itu karena dianggap tidak hanya menyerang individu secara pribadi, tetapi juga melecehkan simbol kesopanan dan identitas agama.
Pakar keamanan digital menegaskan bahwa menyebarkan atau menyimpan konten palsu yang bersifat seksual bisa termasuk pelanggaran hukum, apalagi jika menyasar tokoh berhijab atau perempuan secara umum. Ini termasuk dalam kategori cyber harassment, pencemaran nama baik, dan distribusi konten pornografi ilegal.
Masyarakat perlu semakin cerdas dan berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan konten daring. Tidak semua yang viral itu benar. Edukasi digital, empati sosial, dan perlindungan privasi harus menjadi prioritas kita bersama di era AI ini.
0 Comments